Dalam rangkaian Dies 25 tahun FTIS UNPAR, panitia menerbitkan bunga rampai, berupa kisah-kisah dari warga FTIS.
Catatan penyunting: Pada artikel ini, untuk alasan orisinalitas penyunting tidak mengubah penggunaan “Progdi” untuk menyingkat “Program Studi”, walaupun juga sering disingkat menjadi “Prodi”.
oleh Gregoria Illya, Fisika 1993

Pertama saya mengucapkan selamat untuk Dies Natalis FTIS yang ke-25.
Sebagai alumni, saya ikut bangga untuk komitmen, kerja keras dan prestasi dari seluruh civitas akademika FTIS.
Pada tahun 1993, saya diterima menjadi mahasiswa angkatan pertama di Progdi Fisika. Pada saat mendaftar, karena Progdi Fisika adalah progdi baru, maka timbul beberapa keraguan di benak saya, apakah kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar, apakah dapat lulus tepat waktu, apakah ada dosennya, dan bagaimana dengan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. Tetapi semua keraguan saya sirna setelah saya menjalani perkuliahan, dengan penuh perjuangan, kemauan dan semangat yang tinggi, puji Tuhan saya dapat lulus dalam waktu 3,5 tahun dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri tanpa ada halangan.
Dua tahun pertama, FMIPA masih belum memiliki gedung untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan administrasi akademik. Kuliah tatap muka dilaksanakan di Fakultas Filsafat di Jalan Nias dan di Gedung Rektorat, praktikum Fisika Dasar di Wisma Unpar dan praktikum Kimia Dasar di ITB. Mulai tahun ketiga, FMIPA sudah memiliki gedung sendiri di Kampus Ciumbuleuit.
Pada tahun pertama, kami dibimbing oleh dosen-dosen tetap FMIPA dan Unpar. Mulai tahun kedua dan seterusnya, kami dibimbing oleh dosen-dosen dari ITB.
Saya berterima kasih kepada Bapak A. Rusli yang menjabat sebagai dekan pada masa itu, karena melalui beliau, saya mendapat kesempatan untuk dibimbing oleh pakar-pakar Fisika Indonesia, sehingga wawasan saya bertambah dan menjadi motivasi bagi saya untuk mengikuti jejak mereka untuk berkarya dalam bidang Fisika.
Kenangan yang masih terus menempel di ingatan saya sebagai angkatan pertama adalah saat perkuliahan tahun kedua sampai keempat, banyak teman-teman satu angkatan yang pindah ke progdi atau universitas lain, sehingga saya terkadang harus kuliah sendiri. Karena sering kuliah sendiri, akhirnya saya membuat jadwal sendiri dengan dosen ITB, bahkan sering kegiatan tatap muka diadakan di ruang dosen di ITB dengan metode presentasi oleh saya. Pada saat itu benar-benar dibutuhkan perjuangan dan kemauan dari saya, karena saya hanya sendiri, tidak ada teman sekelas untuk berdiskusi dan berbagi.
Sebagai angkatan pertama, saya merasakan bahwa pada masa itu, kegiatan belajar mengajar sudah dapat berjalan lancar walaupun masih ada beberapa kekurangan, seperti saat harus menempuh mata kuliah peminatan, karena belum ada peminatan yang jelas di kurikulum dan karena hanya saya satu-satunya mahasiswa Fisika yang sudah wajib mengambil mata kuliah peminatan, akhirnya saya mengambil beberapa mata kuliah di Progdi Matematika, kemudian mata kuliah Fisika Komputasi, saat itu kurang didukung dengan penggunaan komputer dan tidak dilengkapi dengan mata kuliah pendukung seperti bahasa pemrograman dan yang paling menakutkan bagi saya adalah keharusan untuk menepuh ujian negara karena status Progdi Fisika saat itu masih belum terakreditasi.
Saat ini semua kekurangan yang pernah ada sudah diperbaiki dan dibuktikan dengan pencapaian nilai akreditasi A untuk Progdi Fisika.
Akhir kata, selamat atas prestasi yang telah dicapai oleh Progdi Fisika dan FTIS dan semoga perubahan-perubahan menuju perbaikan yang telah dilakukan selama 25 tahun ini tetap dapat dipertahankan dan dikembangkan.