Dalam rangkaian Dies 25 tahun FTIS UNPAR, panitia menerbitkan bunga rampai, berupa kisah-kisah dari warga FTIS. Catatan penyunting: FTIS dahulu bernama FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), dan Informatika dulu bernama Ilmu Komputer.
oleh FX Ruswahyudi, IF ’96
Menjadi angkatan pertama pada Program Studi Ilmu Komputer meninggalkan kesan tersendiri bagi saya. Ruangan kuliah yang masih menumpang, rekan-rekan angkatan yang “kecele”, jumlah dosen yang terbatas, dan kewajiban mengikuti ujian negara menjadi kenangan yang menghiasi masa-masa awal berdirinya Program Studi Ilmu Komputer di Universitas Katholik Parahyangan Bandung.
Jumlah lokal ruangan kuliah di FMIPA (pada saat itu Program Studi ini di bawah naungan FMIPA), sangatlah terbatas. Kami lebih sering mengikuti perkuliahan di ruangan-ruangan “nganggur” di Gedung Rektorat, FH, FISIP, FT, maupun fakultas-fakultas lainnya di lingkungan UNPAR.
Beberapa rekan mengeluh dengan mata pelajaran yang diajarkan karena ketika mendaftar masuk, mereka berpikir bahwa mata kuliah yang diajarkan adalah aplikasi komputer seperti Microsoft Windows dan Office. Hal ini membuat banyak mahasiwa/i yang yang akhirnya mengundurkan diri dan mencari tempat kuliah lain yang sesuai dengan minatnya.
Jumlah dosen yang terbatas terlihat dari seringnya kami berjumpa dengan dosen luar yang mengisi beberapa mata kuliah. Hal ini menggambarkan adanya kekosongan tenaga pengajar untuk beberapa mata kuliah sehingga para pengelola program studi harus menggaet dosen-dosen luar untuk mengisi kekosongan tersebut.
Di samping ujian-ujian yang diselenggarakan di kampus, kamipun masih harus mengikuti ujian negara yang diadakan oleh pemerintah. Maklum saja, sebagai jurusan muda, Program Studi Ilmu Komputer masih perlu dibina dan diakreditasi oleh pemerintah. Ketakutan akan soal-soal ujian negara yang terkadang berbeda dengan apa yang sudah diajarkan membuat banyak rekan was-was dan terkadang menunda untuk mengambil ujian negara. Untung saja, persis saat kelulusan pertama, program studi ini memperoleh akreditasi B, sehingga kewajiban untuk mengikuti Ujian Negara tidak diperlukan lagi bagi angkatan-angkatan selanjutnya.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi ini mendorong para mahasiswa/i yang peduli untuk membantu pengelola dalam menjalankan dan membangun program studi. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya animo rekan-rekan seangkatan maupun adik kelas untuk melamar menjadi asisten kuliah maupun asisten laboratorium. Tidak jarang mereka secara sukarela membantu memperbaiki dan menata ulang sistem komputer yang ada di laboratorium FMIPA UNPAR.
Kepedulian ini juga ditunjukkan oleh rekan-rekan yang langsung melamar menjadi tenaga pengajar setelah mereka lulus, tanpa mempertimbangkan kemungkinan memperoleh pekerjaan di tempat lain yang mungkin lebih baik.
Para mahasiwa/i angkatan-angkatan awal juga banyak dilibatkan dalam proses akreditasi program studi oleh pemerintah. Mereka boleh berbangga karena memiliki kontribusi dalam membantu menjadikan program studi ini diakui oleh pemerintah.
Sesudah berjalan lebih dari 11 tahun, program studi ini tentu saja sudah semakin maju, modern, jauh meninggalkan bentuk awalnya. Tantangan yang kini dihadapi bukan hanya pengelolaan internal (seperti yang dihadapi di masa awal berdirinya), tetapi juga antisipasi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingginya persaingan di dunia kerja.
Akhir kata, semoga sumbangsih yang telah diberikan oleh angkatan-angkatan awal dalam membantu program studi ini menjadi pondasi yang kuat bagi angkatan-angkatan selanjutnya untuk melangkah dengan lebih mantap dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang lebih berat di masa depan. Semoga!